Selasa, 20 September 2016

TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xyphophorus helleri)



I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Propinsi Riau memiliki keanekaragaman sumberdaya perikanan yang cukup besar baik itu perikanan air tawar maupun air laut. Ikan air tawar sebagian diproduksi dari hasil tangkapan diperairan umum, yaitu sekitar 13.807 ton atau sekitar 97,01 % dari potensi keseluruhan sebesar 14.232 ton/tahun yang telah dimanfaatkan. Sementara produksi perikanan dari hasil budidaya baru mencapai 3,1 % dari potensi yang ada sebesar 36.835 Ha. (Dinas Perikanan Tingkat I Riau, 2001).
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri (Fujaya, 2004).
Secara Taksonomi, Ikan adalah makhluk hidup bertulang belakang, bernafas dengan insang, berdarah dingin, suhu tubuh sesuai dengan suhu lingkungan dan hidup di dalam air (Feliatra, 2004).
Pada banyak kasus reproduksi ikan, sering ditemukan bahwa proses ovulasi ikan tidak dapat berlangsung, meskipun proses vitellogenesis sudah sempurna.  Keberhasilan proses ovulasi ditentukan oleh mekanisme fisiologi, proses metabolisme dan kesesuaian dengan faktor eksternal (kehadiran pejantan, substrat untuk pemijahan, rendahnya ancaman predator dan sebagainya).  Namun demikian informasi tentang peran faktor eksternal dalam proses reproduksi masih sangat terbatas.
                Perkembangan gonad ikan di pengeruhi beberapa faltor diantaranya adalah kualitas dan kuantitas makanan. Protein merupakan komponen esensial yang dibutuhkan untuk bereproduksi. Selain protein asam lemak juga merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi perkembangan embrio pada ikan karena asam lemak merupakan penyusun membrane sel dan sebagai precursor, selain dari segi sumber energi pakan harus mengandung asam lemak jenuh. (Efrianto Dan Liviawati, 2004 ).
            Tujuan dan Manfaat
            Tujuan yang didapat dari praktikum agar orang yang mempelajarinya mengerti dan memahami sumberdaya perikanan serta bagaimanan pemanfaatan sumberdaya tersebut secara optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatan serta perbaikannya. Sedangkan manfaatnya mengetahui aplikasi pengetahuan biologi perikanan, dimanan pengelolaan perikanan ini berhubungan dengan sumberdaya masyarakat





II. TINJAUAN PUSTAKA

 Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2  dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, siak, Kampar dan sungai Indragiri  yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (YUNIARTI, 2000).
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum  kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi Riau, 2001).
Melakukan Suatu proses reproduksi tentu dengan bertujuan untuk menghasilkan individu baru. Salah satu upaya agar populasi ikan ini tidak punah, dilakukan kegiatan budidaya dan memberikan gambaran  tentang keadaan alami ikan budidaya. Keadaan alami tersebut antara lain kondisi lingkungan ikan (habitat), kebiasaan makan (food habits), dan reproduksi ikan (biologi reproduksi). (Mariatun, 2002).
            Proses perkawinan diawali dengan jantan yang membuat cekungan di dasar wadah sebagai tempat permbuahan. Setelah itu, jantan mencari betina yang sudah siap memijah. Ketika telah menemukan betina yang cocok maka jantan akan berenang beriringan dengan betina dan jika ada nila jantan lain disekitarnya maka jantan tersebut akan menyerang untuk mempertahankan betinanya. Setelah itu akan terjadi proses matting (bercumbu) yang ditandai dengan ikan jantan mengejar ikan betina. Setelah betina luluh proses spowning dimulai dengan betina akan meletakan telur-telurnya pada cekungan yang telah dibuat tadi kemudian jantan melepaskan sperma pada sel-sel telur tadi. Setelah terjadi pembuahan maka jantan pergi dan betina memelihara telurnya dengan cara mememasukan kedalam mulutnya sampai telur itu menetas menjadi larva. pada betina yagn sudah berpengalaman biasanya akan tetap memelihara larvanya sampai benar – benar bisa mandiri. Selama pemeliharaan dalam mulut ikan betina akan memuntahkan telur dalam mulutnya jika dirasakan ada ancaman, kemudian jika ancaman itu telah hilang maka betina akan memunguti telurnya kemudian memasukan dalam mulutnya lagi (Kuncoro, 2003).
                Lemak adalah komponen pakan kedua setelah protein, pakan induk yang kekurangan asam lemak esensial akan menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah.  Tetapi proporsi lemak yang relatif rendah dengan Ω3-HUFA tinggi dapat meningkatkan kematangan gonad.  Kadar HUFA yang baik bagi ikan Clarias batrachus adalah Ω6 sebanyak 0,26% dan  Ω3 sebanyak 1,68% yang terkandung dalam kadar lemak rata-rata 5,87 g/100g bobot kering pakan (Mokoginta et al., 1995 dalam Tang dan Affandi, 2001).  Selanjutnya dikatakan bahwa komposisi karbohidrat pakan induk ikan lele adalah serat kasar 3,19%-5,83% dan kadar abu 5,02%-6,15%.


III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 26 November 2009 pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB, di laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
3.2. Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 2 ekor ikan pelati pedang (Xyphophorus helleri). Sedangkan alat yang digunakan aquarium yaitu wadah tempat meletakkan ikan, pena untuk penulisan data, pensil untuk menggambar, mikroskop. penghapus untuk menghapus, objek glass untuk meletakkan sampel di bawah mikroskop, gunting untuk membedah tubuh ikan, cawan petri untuk meletakkan isi makanan yang telah dikeluarkan, rol ukuran 30 cm untuk mengukur panjang dari tubuh ikan, kain lap untuk kebersihan dan buku laporan praktikum sementara untuk hasil pengamatan sementara.
3.3. Metode Praktikum
            Metode yang digunakan dalam praktikum Tingkah laku reproduksi ikan ini adalah metode dengan pengamatan langsung terhadap objek pratikum. Objek pratikum yang diteliti dan diamati adalah ciri tingkah laku ikan dengan cara mengamati gerak-gerik tubuh ikan jika bertemu lawan jenisnya hingga mengeluarkan gonadnya dari dalam tubuh masing-masing ikan yang disebut Pemijahan.
3.4. Prosedur Praktikum
            Di dalam  prosedur pratikum ini, yang pertama dilakukan adalah mengamati dengan seksama ikan tersebut pada saat dipertemukan dengan lawan jenisnya, dimana masing-masing ikan sudah matang gonad. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga ikan tersebut melakukan pemijahan. Satu hari sebanyak tiga kali pengamatan yaitu pagi (08.00-09.00), siang (11.00-12.00), sore (!5.00-16.00).













IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum

Dari praktikum jenis ikan yang dijadikan objek, dapat diperoleh hasil berupa gambar dan keterangan ikan sebagai berikut :

Pengamatan pertama dilakukan pada hari rabu dengan hasil pengamatan sebagai berikut :
ð                                                          Pagi (pukul 08.30)       : ikan lebih sering berenang didasar, ikan bergerak lebih tenang, ikan jantan belum mendekati betina.
ð                                                          Siang (pukul 12.00)     : ikan lebih sering dipermukaan, ikan jantan selalu mendekati ikan betina, ikan betina selalu mendekati vegetasi dan berusaha untuk menjahui ikan jantan.
ð                                                          Sore (pukul 15.00)      : Ikan berada dipermukaan daerah vegetasi, ikan jantan mendekati ikan betina, ikan jantan bergerak lebih tenang daripada sebelumnya.
4.2. Pembahasan
            Interaksi antar individu dapat mempengaruhi tingkah lau reproduksi dan fertilitas. Interaksi antara ikan jantan mempengaruhi fungsi gonad.  Mekanisme ini diatur oleh otak melalui saraf yang mengatur pelepasan GnRH sesuai dengan status sosial ikan jantan (White et al., 2002).  GnRH dikirim oleh saraf hyphotalamus ke pituitary yang mengatur proses reproduksi melalui pelepasan pituitary gonadotropin yang mengatur fungsi gonad (Sherwood, 1987 dalam White et al., 2002).
            Mineral yang penting bagi pematangan gonad adalah phospor (P), seng (Zn), dan mangan (Mn) (NRC, 1993 dalam Tang dan Affandi, 2001).  Sedangkan vitamin E berperan penting dalam pematangan gonad.  Kandungan vitamin E dalam pakan sebesar 24,5 IU/g pakan menunjukkan hasil terbaik bagi pematangan gonad ikan Ekor kuning (Verankupiya et al., 1995 dalam Tang dan Affandi, 2001). Effendi (1997), mengatakan yang dimaksud dengan tingkat kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu memijah. Untuk mengetahui TKG dapat dilakukan dengan 2 cara, yang pertama histology dialakukan di laboratoriium dan yang kedua morphologi bias dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Bagiann reproduksi ikan sebelum trejadi pemijahan adalah perkembangan gonad yang semakin masak, dimana selama proses reproduksi sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonat. Gonad semakin bertambah diimbangi dengan ukuran yang bertambah besar. Pertambahan berat gonad ikan betina pada umumnya 10-15% dan pada ikan jantan 5-10% dari berat tubuh.





V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

            Tingkah laku reproduksi yang dilakukan oleh individu spesies untuk keberhasilan kelangsungan hidup generasinya, tidak hanya dilakukan sebelum mijah tetapi dilakukan juga sesudah mijah bahkan sampai merawat dan melindungi telur yang telah dibuahi serta perawatan dan perlindungan terhadap larva/anak – anak ikan yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil pengamatan tingkah laku reproduksi tingkah laku ikan pada saat memijah dibagi tiga fase yaitu fase pra pemijahan, fase pemijahan, dan fase pasca pemijahan.
Tingkah laku reproduksi berhubungan erat dengan sifat ikan itu sendiri. Apakah melakukan perlindungan terhadap keturunannya atau tidak. Tingkah laku ikan yang menjaga keturunannya relatif lebih banyak dibandingkan dengan ovipar, terutama tingkah laku pasca pemijahan.
Tingkah laku pada fase pasca pemijahan diantaranya ialah penyempurnaan penutupan tempat penyimpanan telur, penjagaan tempat yang berisi telur yang telah dibuahi atau yang telah berkembang, menjahui daerah pemijahan dan lain-lain.
5.2. Saran
Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Saya sebagai praktikan menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Kendala yang dihadapi karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan kemudahan dalam praktikum dan dalam penyelesaian laporan. Jadi, mudah-mudahan untuk selanjutnya saya akan berusaha agar dapat terpenuhi demi kesempurnaan penulisan berikutnya.

Laporan Larva Ikan Nila



I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Di Propinsi Riau memiliki keanekaragaman sumberdaya perikanan yang cukup besar baik itu perikanan air tawar maupun air laut. Ikan air tawar sebagian diproduksi dari hasil tangkapan diperairan umum, yaitu sekitar 13.807 ton atau sekitar 97,01 % dari potensi keseluruhan sebesar 14.232 ton/tahun yang telah dimanfaatkan. Sementara produksi perikanan dari hasil budidaya baru mencapai 3,1 % dari potensi yang ada sebesar 36.835 Ha. (Dinas Perikanan Tingkat I Riau, 2001).
            Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri (Fujaya, 2004).
            Larva dibagi atas dua yaitu pro larva dan post larva. Pro larva yaitu larva yang masih memiliki kuning telur, sirip belum terbentuk secara sempurna dan belum memiliki bukaan mulut, sedangkan post larva yaitu larva yang telah memiliki bukaan mulut dan siripnya telah terbentuk secara sempurna. Lamanya masa inkubasi yang terjadi pada telur yang telah dibuahi akan berfariasi pada setiap individu ikan yang berbeda
            Secara Taksonomi, Ikan adalah makhluk hidup bertulang belakang, bernafas dengan insang, berdarah dingin, suhu tubuh sesuai dengan suhu lingkungan dan hidup di dalam air (Feliatra, 2004).
1.2.Tujuan dan Manfaat
            Tujuan dari praktikum Tujuan dari praktikum larva ikan ini dalah untuk mengetahui larva suatu individu ikan yang akan diamati baik berupa pro larva ataupun prost larva beserta ciri-ciri yang dimilikinya.
            Sedangkan manfaat yang bisa didapatkan yaitu mahasiswa bisa mengetahui cara membedakan tahap larva  baik pro larva maupun post larva dan dapat mengamati kuning telur yang dibawa oleh larva tersebut.










II. TINJAUAN PUSTAKA

Larva yang baru menetas sangat peka terhadap lingkungan seperti suhu, sinar matahari, dan kulitas air. Untuk itu, sebaiknya larva diperlukan secara hati – hati, terutama saat mengganti air. Penggantian air ini dilakukan setelah larva mulai berenang. Jumlah air yang doganti tidak lebih dari separo. Terutama bila menggunakan obat antijamur saat penetasan, airnya harus cepat mungkin dihilngkan dengan cara setiap hari diganti. Obat anti jamur seperti metil biru dalam kadar pekat yang berada dalam air kotor lebih dari seminggu akan bereaksi menjadi komponen kimia berbahaya bagi larva sehingga mempercepat naiknya amonia. Kualitas air ini harus terjaga, terutama suhunya antara 26 – 29o C yang umum untuk ikan – ikan tropis (Lesmana Dan Dermawan, 2001).
Suhu juga berperan penting dalam reproduksi, suhu mempengaruhi waktu pemijahan, pematangan gonad dan keberhasilan pemijahan.  Pada ikan ini fluktuasi suhu mempengaruhi tempat pembuatan sarang, jumlah telur yang menetas dan tingkah laku menjaga anaknya (Cookea et al., 2003).  Suhu yang tidak stabil mendorong induk ikan Smallmouth Bass melakukan penjagaan terhadap anak-anaknya yang baru menetas (Carlisle,1982 dalam Cookea et al., 2003).
            Anak ikan yang baru ditetas dinamakan larva, tubuhnya belum dalam keadaan sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Sehubungan dengan perkembangan larva ini, dalam garis besarnya dibagi dalam dua tahap yaitu pro larva dan post larva. Untuk membedakannya pro larva masih mempunyai kantong kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang funsinya belum diketahui. Sirip dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya dan kebanyakan pro larva baru keluar dari cangkang telur ini tidak punya sirip perut nyata melainkan berupa tonjolan saja. Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya merupakan tabung yang lurus (Tang, U. M. dan R. Affandi.  2001). 
Penyebab tinggi dan rendahnya angka mortalitas ini selain karena factor kematian secara alami juga disebabkan oleh factor-faktor lain. Untuk itu jenis-jenis ikan yang khas bernilai ekonomi tinggi factor yang lain dapat berperan menyumbangkan angka terbesar dalam mortalitas yang terjadi daripada kematian secara alami. Apabila angka mortalitas populasi untuk setiap tahunnya selalu makin besar atau meniggi maka kelamaan dapat menyebabkan kepunahan suatu populasi ikan yang menghuni suatu habitat. Kematian individu ikan didalam suatu populasi pada habitat tertentu dapat diakibatkan terjadi dari mulai telur ikan yang baru lepas keparairan atau yang telah sibuahi, dimasa larva, ikan dewawsa, dan ikan yang tua siap untuk mati secara alami. (Tang, U. M. dan R. Affandi.  2001).






III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis,19 November 2009 pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB, di laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
3.2. Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 5 ekor ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan pelati pedang (Xyphophorus helleri). Sedangkan alat yang digunakan aquarium yaitu wadah tempat meletakkan ikan, jarum untuk membantu memindahkan bagian dalam tubuh ikan, pena untuk penulisan data, pensil untuk menggambar, mikroskop. penghapus untuk menghapus, objek glass untuk meletakkan sampel di bawah mikroskop, gunting untuk membedah tubuh ikan, cawan petri untuk meletakkan isi makanan yang telah dikeluarkan, rol ukuran 30 cm untuk mengukur panjang dari tubuh ikan, kain lap untuk kebersihan dan buku laporan praktikum sementara untuk hasil pengamatan sementara.
3.3. Metode Praktikum
            Metode yang digunakan dalam pratikum Biologi perikanan dengan judullarva ikan adalah metode dengan pengamatan langsung terhadap objek praktikum yang diteliti atau yang diamati.
3.4. Prosedur Praktikum
            Dalam praktikum kali ini prosedur yang dilakukan adalah dengan mmepersiapkan larva ikan, letakkan di atas coverglass dan diamati dibawah mikroskop, catat bagian dari pada organ tubuh dari larva tersebut dan gambarkan. Kemudian tentukan perbedaan antara prolarva dan postlarva dari larva ikan yang diamati.
            Ambil ikan yang sudah disiapkan sebanyak empat ekor, pisahkan ikan tadi menjadi dua bagian, bagian aquarium pertama terdiri dari satu ekor ikan dan bagian yang lain terdiri dari 3 ekor ikan lele. Pertama amati dua bagian ikan setelah 10 menit pertama berlalu lalu hitung berapa bukaan mulutnya dan operculumnya selama 15 menit pertama. Pada bagian satu dan dua. Setelah dihitung,pada bagian ikan pertama, langsung bedah bagian kepalanya lihat bentuk dan warna dari insang dan jantung ikan tersebut. Dan bagian aquarium kedua ulangi perlakuan yang sama namun ditambahkan zat pencemar disana seabanyak 3 kali karena ikannya ada 3 ekor. Lalu lihat bentuk dan warna dari insang dan jantung ikan tersebut.







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum

Dari praktikum ini jenis ikan yang dijadikan objek, dapat diperoleh hasil berupa gambar dan keterangan ikan sebagai berikut :
                 




Gambar. Larva Ikan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
  1. Tabel dengan kadar detergen 0,5 mg ikan nila (Oreochromis niloticus)
Waktu
Bukaan mulut
Denyut jantung dan warna
Warna insang
sirip
Ikan yang mati
10 kontrol 0,5 ml pada 10 menit 1
1mm
Merah tua
Merah muda
Dada dan ekor
3
10 kontrol 0,5 ml pada 10 menit 2
1mm
Merah tua
Merah muda
ekor
2

  1.  Tabel dengan kadar detergen 1 mg ikan nila (Oreochromis niloticus)
Waktu
Bukaan mulut
Denyut jantung dan warna
Warna insang
sirip
Ikan yang mati
10 kontrol 0,5 ml pada 10 menit 1
1mm
Merah tua
Merah muda
Dada dan ekor
2
10 kontrol 0,5 ml pada 10 menit 2
1mm
Merah tua
Merah muda
ekor
3


  1. Tabel dengan control normal ikan nila (Oreochromis niloticus)
Waktu
Bukaan mulut
Denyut jantung dan warna
Warna insang
sirip
Ikan yang mati
10 kontrol 0,5 ml pada 10 menit 1
1,5mm
Merah tua
Merah muda
Dada, ekor, punggung, perut
-
10 kontrol 0,5 ml pada 10 menit 2
1,5mm
Merah tua
Merah muda
Dada, ekor, punggung, perut
-

4.2. Pembahasan
            Larva yang masih memiliki kantong telur disebut prolava. Menurut  Pulungan et al, (2005) Larva ikan yang baru keluar dari cangkang (prolarva) yang belum memiliki bukaan mulut, sirip belum terbentuk sempurna, membawa kuning telur sebagai cadangan makanan. Lama maanya menjadi prolarva atau sampai habis kuning telur bervariasi untuk setiap spesies ikan, biasanya sekitar 3-7 hari. Cepat lambatnya habis makanan berupa kuning telur itu dipengaruhi oleh jumlah kuning telur yang dibawah telur, faktor fisiologis selama periode embriologi, kondisi lingkungan seperti suhu perairan dan sifat dari spesies ikan itu sendiri.
            Tahap larva adalah tahap paling kritis dalam kehidupan ikan karena banyak faktor penyebab mortalitas mulai dari larva menetas kealam sampai dapt mencari makanan sendiri. Terjadinya mortalitas itu karena faktor lingkungan dan diri larva ikan itu sendiri. Kematian larva karena lingkungan disebakan oleh faktor dari biologi seperti makanan, predator dan kanibal. Dari faktor kimia seperti pencemaran, oksigen terlarut, derajad keasaman dan salinitas serta dari faktor fisika yaitu suhu perairan, arus, dan tuirbiditas. Larva yang organ-organ tubuhnya mulai terbentuk secara sempura dan mulai berfungsi akan memasuki masa juvenile dan akhirnya menyerupai bentuk ikan dewasa.
            Individu- individu ikan sebelum mengalami kematian akibat terkena oleh limbah biasanya akan memperlihatkan pergerakan atau tingkah laku yang berbeda ketika lingkungannya tercemar. Gerakan renang atau selalu tidak beraturan dan arahnya tidak menentu. Karena pada saat itu kemampuan darah di insang untuk mengikat oksigen sudah semakin sulit dan sebagai bahan pencemar sudah terbawa darah ke otak sehingga mengganggu system pensyarafan. Pada ikan control dengan standarisasi jumlah bukaan mulut dan bukaan operculumnya pada ikan perlakuan  ada yang cepat dan ada yang lambat bukaan masing-masing. Tentunya ada pengaruh pada bahan pencemar yang dimasukkan mempercepar gerak jantung dan terjadi perubahan warna pada lembaran insngnya juga warna pada jantung ikan tersebut.
            Sehubungan dengan pernapasan pada ikan, salah satu penyebab rendahnya konsentrasi oksigen dalam air adalah masuknya bahan pencemar yang akan memperlihatkan tanggapan fisiologis jangka pendek dan selanjut terjadi kematian pada ikan tersebut, selain itu penurunan konsentrasi oksigen juga akan berpengaruh terhadap aktivitas jantung untuk meninggikan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Dengan adanya gerakan ikan sebagai tanggapan terhadap bahan pencemar menyebabkan kebutuhan oksigen jaringan meningkat, jumlah darah yang dipompa oleh jantung bertambah dan aktivitas bernapas meninggi
                Laju kontraksi jantung serta pemendekan otot tergantung pada beban yang harus ditanggung. Apabila tiada beban kecepatan kontraksi dan tidak pemendekan mencapai yang terbesar dengan meninggi beban, kecepatan naik maupun pemendekannya berkurang dengan beban yang terlalu berat untuk diangkat kecepatannya menjadi nol tetapi tegangannya maximum sehingga menghasilkan kontraksi isometrik.












V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

            Dari hasil pratikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dalam dalam larva ikan  terdiri dari masa prolarva dan masa postlarva.
            Pada masa prolarva belum memiliki bukan mulut, sirip belum terbentuk sempurna, membawa kuning telur sebagai cadangan makanan yang berbentuk bundar, oval atau oblong, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen. Sirip ekor dan sirip dada sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya, sedangkan sirip perut berupa tonjolan, mulut dan rahang belum belum berkembang, usus masih berupa tabung lurus sistem pernapasan dan peredaran darah tidak sempurna.
            Sedangkan pada masa postlarva mulut telah terbentuk dan organ sudah dapat difungsikan. kantung kuning telur sudah hilang, mata berpigmen, gelembung udara gelap, mulut terbentuk, sirip dada membesar, sunut sudah tampak jelas, bentuk badan silinder atau pipih maupun bervariasi.
            Individu- individu ikan sebelum mengalami kematian akibat terkena oleh limbah biasanya akan memperlihatkan pergerakan atau tingkah laku yang berbeda ketika lingkungannya tercemar. Gerakan renang atau selalu tidak beraturan dan arahnya tidak menentu. Karena pada saat itu kemampuan darah di insang untuk mengikat oksigen sudah semakin sulit dan sebagai  bahan pencemar terbawa darah ke otak sehingga mengganggu system pensyarafan. Pada ikan control dengan standarisasi jumlah bukaan mulut dan bukaan operculumnya pada ikan perlakuan  ada yang cepat dan ada yang lambat bukaan masing-masing. Tentunya ada pengaruh pada bahan pencemar yang dimasukkan mempercepar gerak jantung dan terjadi perubahan warna pada lembaran insngnya juga warna pada jantung ikan tersebut. Bahan pencemar mampu memberikan mortalitas yang tinggi terhadap kematian ikan.

5.2. Saran
Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Saya sebagai praktikan menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Kendala yang dihadapi karena kurangnya buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan kemudahan dalam praktikum dan dalam penyelesaian laporan. Jadi, mudah-mudahan untuk selanjutnya saya akan berusaha agar dapat terpenuhi demi kesempurnaan penulisan berikutnya.